BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Bidan dalam melaksanakan peran,
fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan dan kewenangan yang diberikan, baik kepada teman Sejawatnya, tenaga kesehatan lain,
ataupun kepada klien/pasiennya. Untuk itu dalam menjalankan tugasnya bidan
harus mampu dalam memajemenkan setiap tindakan yang akan dilakukannya itu.
Misalnya selain mempersiapkan mental, waktu
dan biaya, bidan juga harus
mempunyai suatu rencana mewajibkan pasien untuk menyiapkan kondisi fisik demi
lancarnya tindakan
yang akan berlangsung. Persiapan fisik ini berhubungan dengan kelainan
atau penyakit yang akan dibedah tersebut, dan juga persiapan fisik berkenaan
dengan pembiusan, agar obat-obat bius yang nantinya diberikan tidak menimbulkan
efek negatif akibat kemampuan respon tubuh yang tidak normal lagi.
Karena
tubuh pasti akan mengalami stress pembedahan, baik dari kemampuan fungsi masing-masing organ vital maupun cedera langsung
yang diterimanya, maka untuk kepentingan pembiusan agar obat-obat yang diberikan sebelum dan selama
proses berlangsungnya operasi bisa direspon dengan baik, harus ada jaminan akan
fungsi dan kondisi tubuh yang baik pula. Maka jika penderita akan dipersiapkan
menjalani operasi dengan pembiusan umum ataupun regional pada yang berusia di
atas 40 tahun diwajibkan memeriksa lab untuk mengetahui fungsi pembekuan
darah, fungsi liver, ginjal, endokrin, elektrolit, status gizi dan
pemeriksaan elekrokardiografi (EKG) untuk menilai keadaan jantung. Pemeriksaan
pemeriksaan tersebut termasuk pemeriksaan standard yang sebaiknya dicek secara
lengkap. Namun pada penerapannya, kadang beberapa ahli bedah lebih
menekankan pada pemeriksaan yang menjurus pada kondisi penyakitnya sekalipun
jenis pendeteksiaannya lebih mendetail.
Sedangkan
untuk jangka pendek, setidaknya 8 jam sebelum masuk ke dalam kamar operasi,
fisik penderita diharapkan sudah fit, tidak sedang pilek, batuk atau yang
lainnya, dalam keadaan bersih hingga ke cuci rambut dan siap menanggalkan
asesoris seperti perhiasan, gigi palsu, tidak bergincu dan cat kuku mesti
dihapus. Ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi operasi dan menunjang
sterilitas proses operasi.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang
dimaksud dengan Manajemen dan Manajemen Kamar Operasi?
2.
Apa saja manajemen
yang ada di Rumah Sakit?
3.
Bagaimana penerapan manajemen dalam kamar operasi?
4.
Seberapa besar
peran Manajemen dalam dunia kesehatan?
C.
TUJUAN
1. Mengetahui apa yang di maksud dengan Manajemen DA
Manajemen Kamar Operasi.
2. Untuk mengetahui manajemen apa saja yang ada di Rumah
sakit.
3. Mengetahui peran manajemen dalam suatu Rumah Sakit.
4. Agar mahasiswa mengetahui apa saja manajemen dalam kamar
operasi.
5. Agar mahasiswa mampu menerapkan fungsi manajemen dalam
bekerja nanti.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
Manajemen adalah proses pengaturan berbagai sumber
daya organisasi untuk mencapai tujuan yang sudah di tentukan melalui
fungsi-fungsi tertentu atau di sebut juga proses pengorganisasian aktifitas
kerja beberapa orang,sehingga kerja bisa terselesaikan secara efektif dan
efisien. Manajemen
sering di artikan sama dengan administrasi dan tidak dapat di
pisahkan.Manajemen merupakan pokok atau inti administrasi dan proses kolektivitas
manusia sebagai ilmu dan sebagai seni.
Manajemen Kamar Operasi adalah pengkoordinasian
aktifitas kerja beberapa orang atau merupakan bagian
integral yang penting dari pelayanan suatu rumah sakit berbentuk suatu unit
yang terorganisir dan sangat terintegrasi, dimana didalamnya tersedia sarana
dan prasarana penunjang untuk melakukan tindakan pembedahan. Manajemen kamar operasi
meliputi bagaimana seorang pempmpin yaitu seorang dokter bedah,perawat
instrumen,anastesi dan asisten dokter lainnya secara bersama-sama melakukan perencanaan,pengorganisasiandan
pengendalian sehingga tercapai suatu tujuan yang mulia.
B.
INTERVENSI KLIEN PRE OPERASI
Fase awal dari perioperatif
yang dimulai sejak mengambil keputusan untuk tindakan pembedahan dibuat sampai
pasen dipindahkan ketempat kamar bedah.
C.
INTERVENSI KLIEN INTRA OPERATIF
Fase sejak pasen dipidahkan ke
dan dari kompleks ruang operasi.
A. ANGGOTA TIM PEMBEDAHAN
Tim pembedahan terdiri dari:
Tim pembedahan terdiri dari:
1.
Ahli bedah
Tim pembedahan dipimpin oleh ahli bedah senior atau ahli bedah
yang sudah melakukan operasi.
2.
Asisten pembedahan (1 orang atau lebih): asisten bius
dokter, residen, atau perawat, di bawah petunjuk ahli bedah. Asisten memegang
retractor dan suction untuk melihat letak operasi.
3.
Anaesthesologist atau perawat anaesthesi
Perawat anesthesi memberikan obat-obat anesthesia dan obat-obat lain untuk mempertahankan status fisik klien selama pembedahan.
Perawat anesthesi memberikan obat-obat anesthesia dan obat-obat lain untuk mempertahankan status fisik klien selama pembedahan.
4.
Circulating Nurse
Peran vital sebelum, selama dan sesudah pembedahan.
Tugas:
Peran vital sebelum, selama dan sesudah pembedahan.
Tugas:
·
Set up ruangan operasi
·
Menjaga kebutuhan alat
·
Check up keamanan dan fungsi semua peralatan sebelum
pembedahan
·
Posisi klien dan kebersihan daerah operasi sebelum drapping
·
Memenuhi kebutuhan klien, memberi dukungan mental, orientasi
klien
Selama
pembedahan:
- Mengkoordinasikan aktivitas
- Mengimplementasikan NCP
- Membantu anesthetic
- Mendokumentasikan secara lengkap drain, kateter, dll
- Mengkoordinasikan aktivitas
- Mengimplementasikan NCP
- Membantu anesthetic
- Mendokumentasikan secara lengkap drain, kateter, dll
5.
Surgical technologist atau Nurse scrub; bertanggung jawab
menyiapkan dan mengendalikan peralatan steril dan instrumen, kepada ahli
bedah/asisten. Pengetahuan anatomi fisiologi dan prosedur pembedahan memudahkan
antisipasi instrumen apa yang dibutuhkan.
B. PENYIAPAN KAMAR DAN TEAM PEMBEDAHAN
Keamanan klien diatur dengan adanya
ikat klien dan pengunci meja operasi. Dua faktor penting yang berhubungan
dengan keamanan kamar pembedahan:
1.
lay out kamar operasi, dan
2.
pencegahan infeksi.
C. ANASTHESIA
Negatif Sensation Anasthesia
(Bahasa Yunani)
Anasthesia menyebabkan keadaan kehilangan rasa secara partial atau total, dengan atau tanpa disertai kehilangan kesadaran.
Tujuan : Memblok transmisi impuls syaraf, menekan refleks, meningkatkan relaksasi otot.
Anasthesia menyebabkan keadaan kehilangan rasa secara partial atau total, dengan atau tanpa disertai kehilangan kesadaran.
Tujuan : Memblok transmisi impuls syaraf, menekan refleks, meningkatkan relaksasi otot.
Pemilihan anesthesia oleh
anesthesiologist berdasarkan konsultasi dengan ahli bedah dan factor klien.
TYPE ANASTHESIA:
1.
Anasthesia Umum
Adalah keadaan kehilangan kesadaran
yang reversible karena inhibisi impulse saraf otak.
Misal : bedah kepala, leher. Klien yang tidak kooperatif.
Misal : bedah kepala, leher. Klien yang tidak kooperatif.
a) Stadium Anesthesia
- Stadium I : Relaksasi (Mulai klien sadar dan kehilangan
kesadaran secara bertahap).
- Stadium II : Excitement (Mulai kehilangan kesadaran secara
total sampai dengan pernafasan yang iregulair dan pergerakan anggota badan
tidak teratur).
- Stadium III : Ansethesi pembedahan (Ditandai dengan
relaksasi rahang, respirasi teratur, penurunan pendengaran dan sensasi nyeri).
- Stadium IV : Bahaya (Apnoe, Cardiapolmunarry arrest, dan
kematian).
b) Metode Pemberian
Inhalasi , IV injection. Instilasi
rectal
(1) Inhalasi
Metode
yang paling dapat dikontrol karena intak dan eliminasi secara primer oleh paru.
Obat anesthesia inhalasi yang diberikan:
Obat anesthesia inhalasi yang diberikan:
(2) Anesthesi Injeksi IV (Memberikan perasaan senang, cepat dan
pelepasan obat secara pelan).
2. Anestesi Local Atau Regional
Anestesi local atau regional secara
sementara memutus transmisi impuls saraf menuju dan dari lokasi khusus.
TEKNIK PEMBERIAN
TEKNIK PEMBERIAN
v Anestesi Topikal (Pemberian secara langsung pada
permukaan area yang dianestesi)
Bentuk : Salep atau spray.
Sering digunakan : prosedur diagnotik atau intubasi, laringoskopi, cistocopi.
Masa kerja 1 (satu ) menit, lama kerja 20 – 30 menit.
Lokal Anestesi : Injeksi obat anestesi secara I C dan S C ke jaringan sekitar insisi, luka atau
Bentuk : Salep atau spray.
Sering digunakan : prosedur diagnotik atau intubasi, laringoskopi, cistocopi.
Masa kerja 1 (satu ) menit, lama kerja 20 – 30 menit.
Lokal Anestesi : Injeksi obat anestesi secara I C dan S C ke jaringan sekitar insisi, luka atau
lesi.
v Field Block (Injeksi secara bertahab pada sekeliling
daerah yang dioperasi ( hernioraphy,
dental prosedur, bedah plstik )
v Nerve Block (Injeksi obat anestesi local ke dalam
atau sekitar saraf atau saraf yang mempesarafi daerah yang dioperasi.
Block saraf memutus transmisi sensasi, motor, sympatis.
Tujuan : mencegah nyeri selama prosedur
dianostik, mengurangi nyeri dan meningkatkan sirkulasi pada penyakit vascular.
Contoh : lidocain ( xilocain ), Bupivacain ( makain ),potensiasi Ephineprin
Spinal Anestesi / Intra Techal
Dicapai dengan injecsi obat anestesi ke dalam ruang sub orachonoid.
Pada L 2 – 3 atau L 3 – 4.
Absorsi ke urat saraf terjadi secara cepat dan menghasilkan analgesia dengan relaksasi.
Efektif untuk operasi abdomen dan panggul.
Contoh : lidocain ( xilocain ), Bupivacain ( makain ),potensiasi Ephineprin
Spinal Anestesi / Intra Techal
Dicapai dengan injecsi obat anestesi ke dalam ruang sub orachonoid.
Pada L 2 – 3 atau L 3 – 4.
Absorsi ke urat saraf terjadi secara cepat dan menghasilkan analgesia dengan relaksasi.
Efektif untuk operasi abdomen dan panggul.
PENGKAJIAN :
Di ruang penerimaan perawat sirkulasi:
- Memvalidasi identitas klien
- Memvalidasi inform concent
v Chart Review:
- Memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi kebutuhan actual dan potensial
- Memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi kebutuhan actual dan potensial
selama pembedahan.
- Mengkaji dan merencanakan kebutuhan klien selama dan sesudah operasi.
- Mengkaji dan merencanakan kebutuhan klien selama dan sesudah operasi.
Perawat menanyakan:
o Riwayat allergi, reaksi sebelumnya
terhadap anesthesia atau tranfusi darah.
o Check riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik.
o Check pengobatan sebelumnya :
therapy, anticoagulasi.
o Check adanya gigi palsu, kontaks
lens, perhiasan, wigs dan dilepas.
Kateterisasi.
Kateterisasi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN.
Resiko infesi, dengan faktor resiko : Prosedur invasif: pembedahan, infus, DC
NOC : Kontrol infeksi
D.
INTERVENSI KLIEN POST OPERASI
Suatu fase akhir dari
perioperatif yang dimulai sejak pasen masuk perawatan PACU (Postoperative
Anesthesi Care Unit) sampai pasen sembuh total dari pembedahan.
·
Stadium ketiga dan terakhir dari preoperasi adalah bila
klien masuk ruang pulih sadar, ruang PAR, atau PACU. Selama periode post operative,
klien dirawat oleh perawat di ruang PAR (Post Anesthesia Recovary ) dan unit
setelah di pindah dari ruang pemulihan.
·
Waktu yang diperlukan tergantung umur dan kesehatan fisik,
type pembedahan, anesthesia dan komplikasi post operasi. Perawat sirkulasi,
anesthesiologist / perawat awal anesthesia dan ahli bedah mengantar
klien ke area recovery periode post operasi.
·
Ahli bedah atau anesthesiologist mereview catatan klien
dengan perawat PACU dan menjelaskan type dan luasnya pembedahan, type
anesthesia, kondisi patologis, darah, cairan intra vena, pemberian obat,
perkiraan kehilangan darah dan beberapa trauma intubasi.
PENGKAJIAN
Setelah menerima laporan dari
perawat sirkulasi, dan pengkajian klien, perawat mereview catatan klien yang berhubungan
dengan riwayat klien seperti :
·
status fisik dan emosi, sebelum pembedahan dan alergi
·
Pemeriksaan Fisik Dan Manifestasi Klinik System Pernafasan
Ketika klien dimasukan ke PACU., Perawat segera mengkaji klien:
Ketika klien dimasukan ke PACU., Perawat segera mengkaji klien:
- Potency jalan nafas,
- Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman).
- Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman).
- Sistem Cardiovasculer
- Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit
- Inspeksi membran mukosa
- Kaji intake / out put.
- Monitor cairan intravena dan tekanan
darah.
- Sistem Persyarafan
- Kaji fungsi serebral dan tingkat
kersadaran depresi fungsi motor
- Klien dengan bedah kepala leher :
- Sistem Perkemihan
- Sistem Gastrointestinal
PENGKAJIAN NYERI
Nyeri post operatif berhubungan
dengan luka bedah , drain dan posisi intra operative.
Kaji tanda fisik dan emosi; peningkatan nadi dan tekanan darah, hypertensi, diaphorosis, gelisah, menangis. Kualitas nyeri sebelum dan setelah pemberian analgetika.
Kaji tanda fisik dan emosi; peningkatan nadi dan tekanan darah, hypertensi, diaphorosis, gelisah, menangis. Kualitas nyeri sebelum dan setelah pemberian analgetika.
Pemeriksaan Laboratorium dilakukan untuk memonitor komplikasi.
Pemeriksaan didasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat kesehatan dan manifestasi post operative. Test yang lazim adalah elektrolit, Glukosa, dan darah lengkap.
Pemeriksaan didasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat kesehatan dan manifestasi post operative. Test yang lazim adalah elektrolit, Glukosa, dan darah lengkap.
DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. Gangguan pertukaran gas, berhubungan dengan efek sisa anesthesia, imobilisasi, nyeri.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pemebedahan, drain dan drainage.
3. Nyeri berhubungan dengan incisi pembedahan dan posisi selama pembedahan.
4. Risiko injury berhubungan dengan effect anesthesia, sedasi, analgesi.
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan intra dan post operasi.
6. Ketidak efektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sekresi.
1. Gangguan pertukaran gas, berhubungan dengan efek sisa anesthesia, imobilisasi, nyeri.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pemebedahan, drain dan drainage.
3. Nyeri berhubungan dengan incisi pembedahan dan posisi selama pembedahan.
4. Risiko injury berhubungan dengan effect anesthesia, sedasi, analgesi.
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan intra dan post operasi.
6. Ketidak efektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sekresi.
LAMPIRAN
GAMBAR
INSTALASI
KAMAR OPERASI





DAFTAR
PUSTAKA
§ Catatan
Perkuliahan
§ http://nurieldanasafitridianhusada.blogspot.com/p/pelaksanaan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar